Sunday 28 December 2014

Dua Nikmat yang Diabaikan Manusia


Survei di 8 negara Asia menunjukkan adanya kesamaan pola hidup masyarakat menengahnya, sama-sama peduli kesehatan namun belum cukup peduli untuk memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat

Oleh: Hasanuddin QH  
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu karunia Allah SWT yang sering diabaikan dan dilalaikan oleh manusia dalam kehidupan ini adalah nikmat kesehatan. Sebagaimana dikatakan dalam sebuah hadis Rasulullah SAW: “Ada dua nikmat yang sering kali dilalaikan oleh manusia, yaitu nikmat sehat dan kesempatan.” 
Padahal, kesehatan merupakan mahkota yang tidak dapat dirasakan kecuali bagi mereka yang sakit. Dr Husain Haikal dalam kitabnya, Hayatu Muhammad, menjelaskan, Nabi Muhammad SAW selama hayatnya yaitu 63 tahun hanya dua kali mengalami sakit, yakni ketika beliau kembali dari ziarah makam pahlawan di Baqi’, ketika susah tidur dan demam panas beberapa hari sebelum wafatnya. Lalu timbul pertanyaan, mengapa Nabi Muhammad selalu sehat? Pertama, beliau senantiasa bangun subuh. 


Sepanjang catatan sejarah hidupnya selama 23 tahun beliau jadi Nabi, hanya satu kali saja beliau tidak bangun waktu subuh. Hal itu disebabkan mungkin beliau terlalu letih dalam perjalanan dakwahnya dan tidur sesudah larut malam. Nabi Muhammad SAW senantiasa bangun waktu “subuh”, dan waktu subuh tentu tidak sama dengan waktu “pagi”.



Waktu pagi adalah waktu setelah matahari terbit, kira-kira jam 07.00, sedangkan waktu subuh ialah setelah fajar menyingsing dan sebelum matahari terbit, sebagaimana disebutkan Alquran surah Takwir ayat 18. Artinya: “Demi waktu subuh di kala fajar merekah.”



Sumpah Allah dengan waktu itu adalah untuk menarik perhatian manusia, khususnya manusia yang beriman kepada-Nya akan pentingnya waktu itu bagi kesehatan fisik dan mental. Udara subuh memang sangat segar dan banyak mengandung zat asam yang sangat diperlukan buat pernapasan manusia.



Tidak heran orang-orang yang suka bangun subuh dan selalu menghirup udara subuh sukar dihinggapi penyakit paru-paru. Pernapasannya teratur dan paru-parunya menjadi kuat. Bangun subuh tidak saja besar artinya bagi kesehatan jasmani, tetapi juga bagi kesehatan rohani kita.



Faktor kedua beliau selalu menjaga kebersihan. Sejak kecil Rasulullah menyukai kebersihan meskipun negerinya kekurangan air. Dan ketika diangkat menjadi rasul, makin besar perhatiannya pada kebersihan. Beliau bersabda: “Kebersihan itu adalah sebagian daripada iman.” Maka, siapa yang tidak suka menjaga kebersihan, ternodalah sebagian imannya.



Adapun faktor ketiga yang menyebabkan Rasulullah SAW senantiasa sehat adalah karena beliau selalu makan secukupnya. Rasulullah SAW bersabda: “Kami adalah kaum yang tak pernah makan sebelum lapar, dan bila kami makan tidak pernah sampai kenyang.” Makan memang merupakan salah satu syarat untuk hidup, bila kita tidak makan pada waktunya, maka zat-zat pembakar dalam tubuh kekurangan bahan bakar yang mengakibatkan pembakaran tidak terjadi. Bila pembakaran tidak terjadi, panas badan berkurang dan darah tidak bisa teratur lagi.



Maka, makan diperlukan untuk hidup, tetapi manusia hidup bukan untuk makan. Manusia yang hidup hanya untuk makan merosot nilainya menjadi hewan. Sungguh tepat apa yang dikatakan oleh salah seorang sahabat Rasulullah SAW sekaligus menantu beliau, yakni ‘Ali bin Abi Thalib: “Orang yang hidup hanya untuk mengisi perutnya, nilainya sama dengan apa yang keluar dari perutnya.”



Faktor terakhir karena beliau banyak berjalan kaki. Dalam berdakwah dari satu tempat ke tempat lain, Rasulullah senantiasa berjalan kaki mengingat keadaan saat itu belum ada kendaraan seperti sekarang ini. Para ahli kesehatan menyatakan bahwa berjalan kaki adalah suatu cara gerak badan yang sangat penting dan menyehatkan. Dengan jalan kaki, pernapasan lebih teratur, urat-urat akan selalu tergerakkan, paru-paru akan menjadi kuat, dan darah menjadi bersih.

Sumber : republika.co.id


Share:

Ini Peran Istri Dibalik Sukses Pemimpin

Pemimpin yang mendapat kepercayaan rakyat harus mengedepankan prinsip keadilan
Oleh: Imam Nur Suharno
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengakuan tulus dari seorang mantan presiden Burhanudin Jusuf (BJ) Habibie tentang sosok perempuan yang selalu berada di balik kesuksesannya muncul beberapa waktu lalu. Pemimpin yang sempat mengawal proses reformasi di Indonesia ini mengungkapkan betapa Hasri Ainun Habibie sebagai istri menjadi kekuatannya dalam masa-masa sulit.


“Saya menerima penghargaan ini atas nama keluarga dan anak-anak, menantu, dan cucu, khususnya kepada istri saya tercinta, dokter Hasri Ainun Habibie yang telah mendampingi dengan kesetiaan yang tulus serta dengan pengorbanan yang ikhlas sehingga saya dapat menjadi hamba Allah seperti sekarang ini.” ujarnya pada Pidato Penganugerahan Gelar Doktor Honoris Causa dalam bidang Filsafat dan Teknologi Universitas Indonesia. Dia menambahkan, “Di balik sukses seorang tokoh, tersembunyi peran dua wanita yang amat menentukan, yaitu ibu dan istri.” (Republika Online).



Kisah di atas memberikan pelajaran bahwa di balik setiap kesuksesan suami selalu ada peran seorang istri. Penyebabnya, Allah SWT telah menganugerahkan kesabaran kepada perempuan (istri) untuk merawat keluarganya tanpa berkeluh kesah. Perempuan juga dihiasi dengan perasaan peka dan kasih sayang untuk mencintai anak-anaknya. Maka, makhluk yang diciptakan dari tulang rusuk lelaki ini juga kerap menjadi sumber inspirasi bagi suaminya.



Ketika masa kenabian, profil Khadijah binti Khuwailid bin As’ad bin Abd Al-Uzza’, istri baginda Nabi Muhammad SAW, tak bisa dilupakan. Dia turut berperan dalam kesuksesan dakwah Nabi SAW. Tak hanya itu, seluruh hidupnya diberikan untuk mendukung dan membela dakwah Rasulullah SAW bersama para sahabatnya.



Tentang istri pertamanya ini, Rasulullah SAW bersabda, “Allah tidak menggantikan untukku perempuan yang lebih baik darinya. Dia beriman kepadaku saat orang lain ingkar kepadaku, dia memercayaiku saat orang lain mendustakanku, dia menolongku dengan hartanya saat orang lain tidak ada yang menolongku, dan Allah telah mengaruniakan kepadaku putra (dari hasil perkawinan dengannya) sedang perempuan-perempuan lain tidak.”



Keistimewaan Khadijah pun diakui Allah SWT. Abu Hurairah RA menyatakan bahwa Jibril datang kepada Nabi SAW seraya berkata, “Wahai Rasulullah, Khadijah sedang berjalan kemari. Dia membawa wadah yang berisi kuah, makanan atau minuman. Jika dia sampai kepadamu maka katakanlah bahwa Tuhannya dan aku menyampaikan salam kepadanya. Dan sampaikanlah kabar gembira kepadanya bahwa dia mendapat sebuah rumah di dalam surga.” (Muttafaq ‘alaih).



Allah SWT menciptakan laki-laki dan perempuan untuk saling mendukung dalam kebaikan, bekerja sama, dan tolong menolong. (QS at-Taubah [9]: 71). Dan, menjadikan sepasang suami-istri seperti pakaian yang saling melengkapi dan menutupi kekurangan di antarkeduanya.



Seperti yang difirmankan Allah SWT. “....Mereka adalah pakaian bagimu dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka...” (QS al-Baqarah [2]: 187). Semoga Allah menganugerahi kepada kita pendamping—suami/istri—yang selalu istiqamah dalam berjuang di jalan-Nya. Aamiin. 

Sumber : republika.co.id
Share:

Saturday 20 December 2014

Hanya Untuk Para Istri (Karakteristik Istri Sholihah)



Sesungguhnya banyak sifat-sifat yang merupakan ciri-ciri seorang istri sholihah. Semakin banyak sifat-sifat tersebut pada diri seorang wanita maka nilai kesholehannya semakin tinggi, akan tetapi demikian juga sebaliknya jika semakin sedikit maka semakin rendah pula nilai kesholehannya. Sebagian Sifat-sifat tersebut dengan tegas dijelaskan oleh Allah dan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, dan sebagiannya lagi sesuai dengan penilaian 'urf (adat). Karena pasangan suami istri diperintahkan untuk saling mempergauli dengan baik sesuai dengan urf.

Sifat-sifat tersebut diantaranya :

Pertama : Segera menyahut dan hadir apabila dipanggil oleh suami jika diajak untuk berhubungan.

Karena sifat ini sangat ditekankan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.

Nabi memerintahkan seorang istri untuk segera memenuhi hasrat seorang suami dalam kondisi bagaimanapun. Bahkan beliau bersabda “Jika seorang lelaki mengajak istrinya ke tempat tidur, lalu istri itu menolak. Kemudian, suami itu bermalam dalam keadaan marah, maka istrinya itu dilaknat oleh para malaikat hingga waktu pagi.”

Kedua : Tidak membantah perintah suami selagi tidak bertentangan dengan syariat. Allah berfirman :

فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ

Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri[289] ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). (QS An-Nisaa : 34)

Qotadah rahimahullah berkata فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ "Yaitu wanita-wanita yang taat kepada Allah dan kepada suami-suami mereka" (Ad-Dur al-Mantsuur 4/386)

Terkadang pendapat suami bertentangan dengan pendapat istri, karena pendapat istri lebih baik. Seorang istri yang sholehah hendaknya ia menyampaikan pendapatnya tersebut kepada sang suami akan tetapi ia harus ingat bahwasanya segala keputusan berada di tangan suami, apapun keputusannya selama tidak bertentangan dengan syari'at.

Ketiga : Selalu tidak bermasam muka terhadap suami.

Keempat : Senantiasa berusaha memilih perkataan yang terbaik tatkala berbicara dengan suami.

Sifat ini sangat dibutuhkan dalam keutuhan rumah tangga, betapa terkadang perkataan yang lemah lembut lebih berharga di sisi suami dari banyak pelayanan. Dan sebaliknya betapa sering satu perkataan kasar yang keluar dari mulut istri membuat suami dongkol dan melupakan kebaikan-kebaikan istri.

Yang jadi masalah terkadang seorang istri tatkala berbicara dengan sahabat-sahabat wanitanya maka ia berusaha memilih kata-kata yang lembut, dan berusaha menjaga perasaan sahabat-sahabatnya tersebut namun tidak demikian jika dengan suaminya.

Kelima : Tidak memerintahkan suami untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan wanita, seperti memasak, mencuci, memandikan dan mencebok anak-anak.

Keenam : Keluar rumah hanya dengan izin suami.

Ketujuh : Berhias hanya untuk suami.

Tidak sebagaimana sebagian wanita yang hanya berhias tatkala mau keluar rumah sebagai hidangan santapan mata-mata nakal para lelaki.

Kedelapan : Tidak membenarkan orang yang tidak diizinkan suami masuk/bertamu ke dalam rumah.

Kesembilan : Menjaga waktu makan dan waktu istirahatnya kerana perut yang lapar akan membuatkan darah cepat naik. Tidur yang tidak cukup akan menimbulkan keletihan.

Kesepuluh : Menghormati mertua serta kerabat keluarga suami.

Terutama ibu mertua, yang sang suami sangat ditekankan oleh Allah untuk berbakti kepadanya. Seorang istri yang baik harus mengalah kepada ibu mertuanya, dan berusaha mengambil hati ibu mertuanya. Bukan malah menjadikan ibu mertuanya sebagai musuh, meskipun ibu mertuanya sering melakukan kesalahan kepadanya atau menyakiti hatinya. Paling tidak ibu mertua adalah orang yang sudah berusia lanjut dan juga ia adalah ibu suaminya.

Kesebelas : Berusaha menenangkan hati suami jika suami galau, bukan malah banyak menuntut kepada suami sehingga menambah beban suami

Kedua belas
 : Segera minta maaf jika melakukan kesalahan kepada suami, dan tidak menunda-nundanya.

Nabi shallallahu 'alaihi bersabda :

" أَلاَ أُخْبِرُكُمْ ....بِنِسَائِكُمْ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ؟ الْوَدُوْدُ الْوَلُوْدُ الْعَؤُوْدُ عَلَى زَوْجِهَا الَّتِي إِذَا غَضِبَ جَاءَتْ حَتَّى تَضَعَ يَدَهَا فِي يَدِ زَوْجِهَا، وَتَقُوْلُ : لاَ أَذُوْقُ غُمْضًا حَتَّى تَرْضَى"

"Maukah aku kabarkan kepada kalian….tentang wanita-wanita kalian penduduk surga? Yaitu wanita yang penyayang (kepada suaminya), yang subur, yang selalu memberikan manfaat kepada suaminya, yang jika suaminya marah maka iapun mendatangi suaminya lantas meletakkan tangannya di tangan suaminya seraya berkata, "Aku tidak bisa tenteram tidur hingga engkau ridho kepadaku" (Dishahihkan oleh Al-Albani dalam As-Sahihah no 287)

Karena sebagian wanita memiliki sifat angkuh, bahkan malah sebaliknya menunggu suami yang minta maaf kepadanya.

Ketiga belas : Mencium tangan suami tatkala suami hendak bekerja atau sepulang dari pekerjaan.

Keempat belas : Mau diajak oleh suami untuk sholat malam, bahkan bila perlu mengajak suami untuk sholat malam.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

رَحِمَ اللهُ رَجُلاً قَامَ مِنَ الّليْلِ فَصَلَّى وَأَيْقَظَ امْرَأَتَهُ فَصَلَّتْ, فَإِنْ أَبَتْ نَضَحَ فِي وَجْهِهَا الْمَاءَ. وَ رَحِمَ اللهُ امْرَأَةً قَامَتْ مِنَ الّليْلِ فَصَلَّتْ وَأَيْقَظَتْ زَوْجَهَا فَصَلَّى, فَإِنْ أَبَى نَضَحَت فِي وَجْهِهِ الْمَاءَ

“Semoga Allah merahmati seorang lelaki (suami) yang bangun di waktu malam lalu mengerjakan shalat dan ia membangunkan istrinya hingga istrinya pun shalat. Bila istrinya enggan, ia percikkan air ke wajahnya. Dan semoga Allah merahmati seorang wanita (istri) yang bangun di waktu malam lalu mengerjakan shalat dan ia membangunkan suaminya hingga suaminya pun shalat. Bila suaminya enggan, ia percikkan air ke wajahnya.” (HR Abu Dawud no 1308)

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

إِذَا أَيْقَظَ الرَّجُلُ أَهْلَهُ مِنَ اللّيْلِ فَصَلَّيَا أَوْ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ جَمِيْعًا، كُتِبَا في الذَّاكِرِيْنَ وَالذَّاكِرَاتِ

“Apabila seorang lelaki (suami) membangunkan istrinya di waktu malam hingga keduanya mengerjakan shalat atau shalat dua rakaat semuanya, maka keduanya dicatat termasuk golongan laki-laki dan perempuan yang berzikir.”
 (HR Abu Dawud no 1309)

Dalam riwayat yang dikeluarkan An-Nasa`i disebutkan dengan lafadz:

إِذَا اسْتَيْقَظَ الرَّجُلُ مِنَ اللّيْلِ وَأَيْقَظَ امْرَأَتَهُ فَصَلَّيَا رَكْعَتَيْنِ, كُتِبَا مِنَ الذَّاكِرِيْنَ اللهَ كَثِيْرًا وَالذَّاكِرَاتِ

“Apabila seorang lelaki (suami) bangun di waktu malam dan ia membangunkan istrinya lalu keduanya mengerjakan shalat dua rakaat, maka keduanya dicatat termasuk golongan laki-laki dan perempuan yang banyak mengingat/berdzikir kepada Allah.”


Kelima belas
 : Tidak menyebarkan rahasia keluarga terlebih lagi rahasia ranjang !!. Bahkan berusaha menutup aib-aib suami, serta memuji suami agar menambahkan rasa sayang dan cintanya.

Keenam belas : Tidak membentak atau mengeraskan suara di hadapan suami.

Ketujuh belas : Berusaha untuk bersifat qona'ah (nerimo) sehingga tidak banyak menuntut harta kepada suami.

Kedelapan belas : Tidak menunjukkan kesedihan tatkala suami sedang bergembira, dan sebaliknya tidak bergembira tatkala suami sedang bersedih, akan tetapi berusaha pandai mengikut suasana hatinya.

Kesembilan belas : Berusaha untuk memperhatikan kesukaan suami dan jangan sampai suami melihat sesuatu yang buruk dari dirinya atau mencium sesuatu yang tidak enak dari tubuhnya.

Kedua puluh
 : Berusaha mengatur uang suami dengan sebaik-baiknya dan tidak boros, sehingga tidak membeli barang-barang yang tidak diperlukan.

Kedua puluh satu : Tidak menceritakan kecantikan dan sifat-sifat wanita yang lain kepada suaminya yang mengakibatkan suaminya bisa mengkhayalkan wanita tersebut, bahkan membanding-bandingkannya dengan wanita lain tersebut.

Kedua puluh dua : Berusaha menasehati suami dengan baik tatkala suami terjerumus dalam kemaksiatan, bukan malah ikut-ikutan suami bermaksiat kepada Allah, terutama di masa sekarang ini yang terlalu banyak kegemerlapan dunia yang melanggar syari'at Allah

Kedua puluh tiga : Menjaga pandangannya sehingga berusaha tidak melihat kecuali ketampanan suaminya, sehingga jadilah suaminya yang tertampan di hatinya dan kecintaannya tertumpu pada suaminya.

Tidak sebagaimana sebagian wanita yang suka membanding-bandingkan suaminya dengan para lelaki lain.

Kedua puluh empat : Lebih suka menetap di rumah, dan tidak suka sering keluar rumah.

Kedua puluh lima : Jika suami melakukan kesalahan maka tidak melupakan kebaikan-kebaikan suami selama ini. Bahkan sekali-kali tidak mengeluarkan perkataan yang mengisyaratkan akan hal ini. Karena sebab terbesar yang menyebabkan para wanita dipanggang di api neraka adalah tatkala suami berbuat kesalahan mereka melupakan dan mengingkari kebaikan-kebaikan suami mereka.


Setelah membaca dan memperhatikan sifat-sifat di atas, hendaknya seorang wanita benar-benar menimbang-nimbang dan menilai dirinya sendiri. Jika sebagian besar sifat-sifat tersebut tercermin dalam dirinya maka hendaknya ia bersyukur kepada Allah dan berusaha untuk menjadi yang terbaik dan terbaik.

Akan tetapi jika ternyata kebanyakan sifat-sifat tersebut kosong dari dirinya maka hendaknya ia ber-instrospeksi diri dan berusaha memperbaiki dirinya. Ingatlah bahwa surga berada di bawah telapak kaki suaminya !!!

Tentunya seorang suami yang baik menyadari bahwa istrinya bukanlah bidadari sebagaimana dirinya juga bukanlah malaikat. Sebagaimana dirinya tidak sempurna maka janganlah ia menuntut agar istrinya juga sempurna.

Akan tetapi sebagaimana perkataan penyair :

مَنْ ذَا الَّذِي تُرْضَي سَجَايَاه كُلُّهَا...كَفَى الْمَرْءَ نُبْلًا أَنَّ تُعَدَّ مَعَايِبُهُ

"Siapakah yang seluruh perangainya diridhoi/disukai…??

Cukuplah seseorang itu mulia jika aibnya/kekurangannya masih terhitung…"

Sumber : firanda.com

Share:

Ini Rezeki yang Dijamin


REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hampir setiap manusia menginginkan rezeki melimpah ruah. Kalau perlu, dapat diwariskan untuk tujuh turunan. Sifat tamak, serakah, berfoya-foya dan kikir ikut menyertainya. Padahal, harta hanyalah titipan, alat untuk menjalankan tugas kekhalifahan, memakmurkan bumi, dan beribadah kepada-Nya.


Janganlah mencari harta membuat kita lalai dari kewajiban beribadah. Karena, Allah Yang Maha Rahman dan Rahim menciptakan makhluk disertai dengan rezekinya masing-masing. Dalam Alquran surah Hud ayat 6 disebutkan, “Dan tidak ada binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberikan rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Lauhul Mahfuzh.”



Seperti kisah mashur seorang sufi bernama Abul Hasan al-Mishri yang menjalani hidup zuhud. Pada usia senjanya, meninggalkan jabatan di pemerintahan dengan gaji 50 dinar per bulan. Beliau beruzlah di menara Masjid Jami’ Amr bin al-Ash sampai akhir hayatnya.



Konon, Al-Mishri memilih hidup zuhud karena seekor kucing yang selalu datang ke rumahnya setiap pagi menunggu untuk diberikan makanan. Ketika diberi, kucing itu tidak langsung memakannya, tapi membawanya pergi. Karena penasaran, Al-Mishri membuntuti kucing itu. Ternyata, makanan itu dibawanya ke suatu gubuk. Di sana terdapat kucing lain yang buta. Makanan itu ia letakkan dihadapan kucing yang buta tersebut. Rupanya, dari situlah kucing buta tersebut mendapatkan makanannya sehari-hari.



Al-Mishri terkesima melihat pemandangan yang tak biasa tersebut dan ia bergumam, “Zat yang telah menjadikan kucing ini sebagai pelayan bagi kucing buta yang melarat itu sangat bisa membuatku tidak butuh kepada dunia ini.”



Dari kisah di atas, dapat diambil pelajaran bahwa dari kehidupan binatang pun manusia dapat belajar, tersadar dari kelalaiannya kepada Allah SWT. Kita sering kali sombong terhadap apa yang telah dimiliki, lupa bahwa apa yang diperoleh, selain merupakan usaha, juga ada campur tangan Allah sang pemberi rezeki.



Rasulullah SAW menegaskan, “Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan tawakal yang sesungguhnya, niscaya Allah memberi rezeki kepada kalian sebagaimana Dia memberi rezeki kepada burung. Burung berangkat pada pagi hari dengan perut kosong dan pulang dengan perut yang penuh.” (HR Ahmad, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, dan Hakim dari Umar bin al-Khatthab).



Hanya saja, mesti disadari, sudah menjadi sunnatullah ada yang mendapat kelebihan rezeki, tapi ada pula yang hanya dipenuhi kebutuhan primernya atau disempitkan. Hal ini ditegaskan Allah dalam Alquran surah Al-Baqarah ayat 212, “…Dan Allah memberi rezeki kepada orang-orang yang dikehendakinya tanpa batas.”



Dalam makna yang sama, Allah menyampaikan bahwa akan ada orang-orang yang diberikan rezeki melimpah, sebagaimana tertera dalam surah Ali Imran ayat 27 dan 37. Bahkan, ditegaskan pula, bila Allah SWT menghendaki, mungkin saja ada yang diluaskan rezekinya atau disempitkan. Seperti yang disampaikannya dalam surah ar-Ra'd ayat 26, “Allah meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki.”



Kepada mereka yang berlebih, hendaknya selalu bersyukur dan membantu yang kekurangan. Sementara, bagi mereka yang kekurangan, hendaknya bersabar, terus berusaha, tetap bersyukur atas karunia yang diberikan oleh-Nya, dan menjaga iman. Karena, kefakiran cenderung mendorong manusia kepada kekafiran.



Keyakinan bahwa rezeki dijamin Allah SWT tidak berarti hidup yang dijalani tidak produktif. Bekerja keraslah sekuat tenaga agar kita tidak meninggalkan keluarga dan keturunan dalam kefakiran.



Menjadi kewajiban kita untuk berusaha sekuat tenaga agar selain mampu memenuhi kebutuhan pribadi dan keluarga, juga membantu orang lain. Ingatlah, sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Wallahu’alam.

Sumber : republika.co.id
Share:

Wednesday 17 December 2014

Wilfried Hoffman



Disalib Dan Disiksa, Tuhan Seperti Tak Punya Kuasa! Akhirnya Mantan Direktur NATO Masuk Islam

Namanya Wilfried Hoffman. Ia dilahirkan dalam keluarga Katholik Jerman pada 3 Juli 1931. 

Hoffman meraih gelar Doktor di bidang ilmu hukum dan yurisprodensi dari Universitas Munich, Jerman tahun 1957. Pada tahun 1983-1987, ia ditunjuk menjadi direktur informasi NATO di Brussels.

Jerman sangat mengenal Hoffman, karena setelah bertugas di NATO, ia diangkat menjadi diplomat (duta besar) Jerman untuk Aljazair tahun 1987 dan dubes di Maroko tahun 1990-1994. Karenanya, Jerman menjadi gempar seketika saat Hoffman menerbitkan buku yang berjudul Der Islam als Alternative (Islam sebagai Alternatif).

Jerman terkejut, ternyata salah satu putra terbaiknya telah memeluk Islam.

Hoffman sebenarnya telah masuk Islam sejak lama, jauh sebelum bukunya dipublikasikan pada 1992.

Ia masuk Islam bahkan sebelum bertugas ke Aljazair dan Maroko.
Bagaimana ia mendapatkan hidayah?
Saat itu, Hoffman sangat prihatin pada dunia barat yang mulai kehilangan moral. Agama yang dulu dianutnya dirasakannya tak mampu mengobati rasa kekecewaan dan keprihatinannya akan kondisi tersebut.

Hoffman juga memiliki sejumlah pertanyaan teologi yang belum terjawab, terutama mengenai dosa warisan. Ia juga tidak puas dengan jawaban mengapa tuhan memiliki anak dan harus pasrah disiksa hingga mati di kayu salib.

“Ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak punya kuasa,” tegasnya.
Hoffman bahkan sempat “meragukan” keberadaan Tuhan. Ia lalu melakukan analisa terhadap karya-karya filsuf seperti Wittgenstein, Pascal, Swinburn, dan Kant, hingga akhirnya ia dengan yakin menemukan bahwa Tuhan itu ada.

Jika Tuhan itu ada, bagaimana manusia berkomunikasi dengan-Nya?
Hoffman menemukan, jawabannya adalah wahyu.
Maka ia pun membandingkan berbagai “wahyu” yang ada. Setelah membandingkan kitab suci Yahudi, Kristen dan Islam itulah Hoffman mendapati Islam-lah yang secara tegas menolak dosa warisan. Ia juga mendapati, dalam Islam seseorang langsung berdoa kepada Allah, bukan melalui perantara atau tuhan-tuhan lainnya.

“Seorang Muslim hidup di dunia tanpa pendeta dan tanpa hierarki keagamaan; ketika berdoa, ia tidak berdoa melalui Yesus, Maria, atau orang-orang suci, tetapi langsung kepada Allah,”kata Hoffman.

Tauhid yang murni di dalam Islam itulah yang akhirnya membuat Hoffman memeluk Islam.
Keyakinannya semakin kuat ketika ia bertugas di Aljazair dan melihat betapa umat Islam Aljazair begitu sabar, kuat dan tabah menghadapi berbagai macam ujian dan cobaan dari umat lain.

Sangat bertolak belakang dengan kepribadian masyarakat Barat yang rapuh.
"Saya menyaksikan kesabaran dan ketahanan orang-orang Aljazair dalam menghadapi penderitaan ekstrem, mereka sangat disiplin dan menjalankan puasa selama bulan Ramadhan, rasa percaya diri mereka sangat tinggi akan kemenangan yang akan diraih. Saya sangat salut dan bangga dengan sikap mereka," ujarnya.

Ketika keislamannya diketahui publik pasca terbitnya buku Der Islam als Alternative, media massa dan masyarakat Jerman serentak mencerca dan menggugat Hoffman.

Media massa sebesar Del Spigel pun turut mencercanya. Bahkan pada kesempatan berbeda, televisi Jerman men-shooting Hoffman saat ia sedang melaksanakan shalat di atas Sajadahnya, di kantor Duta Besar Jerman di Maroko, sambil dikomentari oleh sang reporter: "Apakah logis jika Jerman berubah menjadi Negara Islam yang tunduk terhadap hukum Tuhan?"

Hoffman tersenyum mendengar komentar sang reporter. "Jika aku telah berhasil mengemukakan sesuatu, maka sesuatu itu adalah suatu realitas yang pedih." Artinya, lelaki yang menambah namanya dengan “Murad” (yang dicari) ini, paham bahwa keislamannya akan membuat warga Jerman marah. Namun ia sadar, segela sesuatu harus ia hadapi apapun resikonya.

Bagi Murad Wilfried Hoffman, demikian nama lengkapnya setelah menjadi Muslim, Islam adalah agama yang rasional dan maju.

Silahkan di share atau copas!!
Sebarkanlah ilmu ini!
Insyaa Allâh bermanfaat


SUMBER : ILMU BERMANFAAT

Share:

Inilah Tujuh Hikmah Diharamkannya Zina







Minggu, 17 Juni 2012, 20:00 WIB


REPUBLIKA.CO.ID,  Assalamualaikum wr wb 

Saya sedih dengan merebaknya kasus hamil di luar nikah di masyarakat saya tinggal saat ini. Sepertinya doktrin bahwa zina itu adalah perbuatan keji dan dosa besar tidak membuat para pelaku takut berzina. Mungkin dengan menjelaskan hik mah dibalik pengharaman zinah masyarakat akan semakin sadar dan bersama-sama menekan budaya perzinahan ini. Apa sajakah hikmah di balik pengharaman zina?


Hamba Allah

Waalaikumussalam wr wb 

Betapa besarnya bahaya dan kerusakan yang ditimbulkan perbuatan zina itu bagi individu, keluarga, dan masyarakat Islam sehingga Allah SWT meletakkannya setelah pembunuhan dan mempersekutukan Allah (syirik). “Dan, orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina.” (QS al-Furqan [25]: 68-69)

Imam Syathibi dalam kitabnya al- Muwafaqatmenegaskan, sesungguhnya syariat itu adalah demi kemaslahatan manusia, di mana semua taklif (perintah dan larangan) adalah untuk menghindari mafsadah (kerusakan), untuk mendapatkan maslahat (kemaslahatan), atau untuk mendapatkan kedua-duanya. Imam Ibnu Qayyim juga menjelaskan dalam kitabnya I’lam al-Mu waqqi’inbahwa sesungguhnya syariat Islam itu dasar dan asasnya adalah di atas hikmah dan untuk kebaikan umat manusia, baik dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat. Syariat itu seluruhnya adalah keadilan, rahmat, kebaikan, dan hikmah.

Di antara hikmah pengharaman zina adalah, pertama, menjaga kehormatan perempuan agar tidak dijadikan barang yang diperjualbelikan karena Islam datang untuk memuliakan manusia, baik laki-laki dan perempuan. Kedua, mencegah percampuran nasab karena dengan dibolehkan zina berarti memasukkan anak yang bukan dari benihnya ke dalam keluarga yang nantinya akan mewarisi. Bukan anaknya dan memperlakukannya sebagai mahram padahal bukan mahramnya.

Ketiga, mencegah banyaknya anak yang ditelantarkan orang tua akibat malu anaknya lahir dari hasil perzinahan. Dan, melindungi bayi-bayi yang dibunuh ibunya sendiri ketika masih dalam kandungan (aborsi). Keempat, menjaga keutuhan dan ketenteraman dalam rumah tangga.

Kelima, pengharaman zina sesuai dengan fitrah manusia yang memiliki rasa ghirah/cemburu terhadap kehormatannya, di mana tidak mungkin seseorang bisa menerima dan rela melihat istri, anak, ibu, dan saudari nya menjadi barang yang diperjualbelikan dan dijadikan pemuas nafsu orang lain. Sebagai mana nasihat Nabi dalam hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad, Baihaqi, dan Thabrani, kepada pemuda yang meminta izin kepada Beliau untuk dibiarkan melakukan zina, dengan menanya kan kepada dia apakah rela orang lain berzina dengan ibu, anak, sau dari dan anggota keluarganya yang lain.

Keenam, mencegah menyebarnya kejahatan, khususnya pembunuhan, disebabkan rasa cemburu, di mana seorang suami bisa membunuh istrinya dan lelaki yang berzina dengannya karena rasa marah, cemburu ketika melihat istrinya berzina dengan lelaki lain, atau lelaki bisa membunuh suami wanita yang dizinahinya.

Ketujuh, mencegah penyebaran penyakit menular yang merupakan hukuman dari Allah atas menyebarnya perbuatan keji tersebut, seperti HIV/AIDS. Rasulullah bersabda, “Tidaklah tampak zina di suatu kaum, kemudian dilakukan secara terang-terangan kecuali akan tersebar di tengah-tengah mereka tha’un (wabah) dan penyakit-penyakit yang tidak pernah menjangkiti generasi sebelumnya.” (HR. Ibnu Majah, al-Hakim dan Abu Nu’aim). Wallahu a’lam bish shawab.
Ustaz Bachtiar Nasir 

Redaktur: Heri Ruslan

Sumber: konsultasi agama Republika

Share:

Wednesday 17 September 2014

Kuserahkan Putriku Padamu (Renungan untuk Para Suami)



Saat pertama kali putri kecil kami terlahir di dunia, dia menjadi simbol kebahagiaan bagi kami, orang tuanya. Bahagia yang tiada tara kami rasakan karenanya. Kami menjaganya siang dan malam, sampai kami melupakan keadaan diri sendiri. Kami sadar, memang seharusnyalah seperti itu kewajiban orang tua.
Kami besarkan dia dengan segenap jiwa dan raga. Kami didik dengan semaksimal ilmu yang kami punya. Dan kami jaga dia dengan penuh kehati-hatian.

Dan waktupun berlalu…
Share:

Tuesday 29 July 2014

Orang yang Beriman Kondisi Fisik dan Mentalnya Lebih Sehat



Muhammad Nas Kasah | Senin, 20 Agustus 2012 - 08:51:08 WIB |

Orang yang beriman disayang Tuhan, mungkin itulah sebabnya kemudian orang yang beriman juga memiliki kondisi kesehatan yang baik. Nyatanya, berbagai penelitian menunjukkan bahwa orang-orang yang memiliki keyakinan dan keimanan yang teguh juga memiliki kondisi fisik yang lebih prima.

"Keyakinan terhadap agama bisa mengurangi stres, depresi, dan meningkatkan kualitas hidup," kata Dr Harold G. Koenig, profesor psikiatri dan ilmu perilaku di Duke University Medical Center seperti dilansir Medpagetoday.com, Minggu (19/8/2012).

Data sebuah penelitian yang dimuat American Journal of Health Promotion tahun 2005 menyimpulkan bahwa orang yang banyak berdoa lebih banyak mendapat manfaat kesehatan dengan cara menerapkan perilaku yang sehat, menjalankan antisipasi terhadap penyakit dan lebih puas terhadap pelayanan kesehatan.

Sebuah penelitian tahun 2006 yang dimuat British Medical Journal juga menemukan bahwa kehadiran dalam sebuah acara keagamaan ternyata berkaitan dengan penurunan risiko penyakit menular.

Menurut Koenig, adanya keyakinan beragama dan kegiatan spiritual berhubungan dengan risiko penyakit atau gangguan kesehatan yang lebih rendah, misalnya stres, penyakit kardiovaskular, tekanan darah, reaktivitas kardiovaskular, gangguan metabolisme serta dapat menjamin keberhasilan operasi jantung. Namun di sisi lain, Koenig juga memperingatkan bahwa cara kerja Tuhan ini tidak dapat diukur dengan cara dan metode apapun.

"Saya percaya bahwa doa efektif, tapi tidak berfungsi secara ilmiah dan tidak dapat diprediksi. Tidak ada alasan ilmiah atau teologis atas setiap efek dari keyakinan yang dapat dipelajari atau didokumentasi, seolah-olah Tuhan adalah bagian dari alam semesta yang dapat diprediksi. Ilmu pengetahuan tidak dirancang untuk membuktikan hal-hal yang supranatural," kata Koenig.

Selain itu, keyakinan terhadap agama juga telah dikaitkan dengan umur panjang, perkembangan penyakit kognitif yang lebih lambat dan penuaan yang sehat. Senada dengan Koenig, dr Robert A. Hummer, profesor sosiologi di University of Texas di Austin yang berfokus pada hubungan antara agama dan rendahnya risiko kematian juga memiliki pendapat yang sama.

Hummer merujuk sebuah penelitian yang melacak beberapa orang berusia 51 - 61 tahun selama 8 tahun untuk mendokumentasikan tingkat ketahanan hidupnya. Penelitian tersebut menemukan bahwa peserta yang tidak menghadiri acara keagamaan sama sekali memiliki kemungkinan 64 persen lebih tinggi mengalami kematian dibandingkan orang yang sering beribadah.


Sumber Berita: www.teraskreasi.com
Share:

Thursday 19 June 2014

6 Wanita yang Tak Bisa Mencium Bau Surga


Api neraka - ilustrasi scenicreflectionsdotcom
ilustrasi neraka © scenicreflectionsdotcom
Masuk surga adalah dambaan setiap insan. Setiap muslimah pasti menginginkan ridha Allah dan menjadi penghuni surga. Namun, tidak semua orang bisa memasukinya. Bahkan, ada 6 kelompok wanita yang bukan saja tidak bisa masuk surga, bahkan mereka tidak bisa mencium bau surga.
Siapa saja mereka? Mari kita simak hadits-hadits yang menguraikannya

1. Wanita yang menyemir rambutnya, khususnya dengan warna hitam

Kita patut waspada. Menyemir rambut di zaman sekarang seakan-akan adalah hal biasa. Ingin terlihat lebih muda, ingin terlihat lebih cantik, tidak sedikit wanita yang kemudian menyemir rambutnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

يَكُونُ قَوْمٌ يَخْضِبُونَ فِي آخِرِ الزَّمَانِ بِالسَّوَادِ كَحَوَاصِلِ الْحَمَامِ لَا يَرِيحُونَ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ

“Pada akhir zaman nanti akan ada orang-orang yang mengecat rambutnya dengan warna hitam seperti warna mayoritas dada merpati, mereka tidak akan mendapat bau surga.”(HR. Abu Daud; shahih)

2. Wanita yang minta cerai tanpa suatu alasan

Perceraian dihalalkan dalam Islam, sebagai solusi “terakhir” ketika rumah tangga tidak dapat dipertahankan dan hanya membawa kesengsaraan bagi suami istri. Namun, dalam kondisi normal, ketika wanita minta cerai tanpa alasan, maka ia diharamkan masuk surga. Bahkan tidak bisa mencium bau surga.

أَيُّمَا امْرَأَةٍ سَأَلَتْ زَوْجَهَا الطَّلَاقَ مِنْ غَيْرِ مَا بَأْسٍ فَحَرَامٌ عَلَيْهَا رَائِحَةُ الْجَنَّةِ

“Siapa pun wanita yang meminta talak pada suaminya tanpa alasan maka bau surga haram baginya.” (HR. Tirmidzi, Abu Daud, Ibnu Majah, dan Ahmad; shahih)

3. Wanita yang mengaku keturunan orang lain

Nasab merupakan salah satu hal yang dijaga oleh agama. Seorang wanita yang mengaku-aku sebagai anak orang lain yang bukan ayahnya, ia dijauhkan dari surga dan mendapat ancaman tidak dapat mencium bau surga. Islam juga melarang seseorang dinisbatkan (bin atau binti) kepada orang tua angkatnya.

مَنْ ادَّعَى إِلَى غَيْرِ أَبِيهِ لَمْ يَرَحْ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ قَدْرِ سَبْعِينَ عَامًا أَوْ مَسِيرَةِ سَبْعِينَ عَامًا قَالَ وَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ

“Barangsiapa mengaku keturunan dari orang lain yang bukan ayahnya sendiri tidak akan mendapatkan bau surga. Padahal bau surga telah tercium pada jarak tujuh puluh tahun, atau tujuh puluh tahun perjalanan.” (HR. Ahmad; shahih)

4. Wanita yang sombong

Sombong adalah pakaian Allah. Hanya Allah yang berhak sombong karena Dialah pemilik dan penguasa segalanya. Adapun manusia yang sombong, ia tidak dapat masuk surga dan tidak dapat mencium bau surga. Bahkan, meskipun kesombongannya kecil, seberat biji sawi.

سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَا مِنْ رَجُلٍ يَمُوتُ حِينَ يَمُوتُ وَفِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ كِبْرٍ تَحِلُّ لَهُ الْجَنَّةُ أَنْ يَرِيحَ رِيحَهَا وَلَا يَرَاهَا فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ قُرَيْشٍ يُقَالُ لَهُ أَبُو رَيْحَانَةَ وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّ الْجَمَالَ وَأَشْتَهِيهِ حَتَّى إِنِّي لَأُحِبُّهُ فِي عَلَاقَةِ سَوْطِي وَفِي شِرَاكِ نَعْلِي قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ ذَاكَ الْكِبْرُ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ وَلَكِنَّ الْكِبْرَ مَنْ سَفِهَ الْحَقَّ وَغَمَصَ النَّاسَ بِعَيْنَيْهِ

Dari Uqbah bin Amir, bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah seorang laki-laki meninggal dunia, dan ketika ia meninggal di dalam hatinya terdapat sebiji sawi dari sifat sombong, akan halal baginya mencium bau surga atau melihatnya.” Lalu seorang laki-laki dari suku Quraisy yang bernama Abu Raihanah berkata, “Demi Allah wahai Rasulullah, saya benar-benar menyukai keelokan dan menggemarinya hingga pada gantungan cemetiku dan juga pada tali sandalku!” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Itu tidaklah termasuk Al Kibr (sombong), sesungguhnya Allah ‘azza wajalla itu Indah dan menyukai keindahan. Akan tetapi Al Kibr itu adalah siapa yang bodoh terhadap kebenaran kemudian meremehkan manusia dengan kedua matanya.” (HR. Ahmad)
Syaikh Nasiruddin Al Albani berpendapat hadits di atas dhaif. Namun demikian, ada hadits lain yang disepakati keshahihannya oleh para ulama yang menunjukkan bahwa kesombongan, sekecil apapun, membuat pelakunya tidak masuk surga.

لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ

“Tidak masuk surga, seseorang yang di dalam hatinya ada kesombongan, meskipun seberat biji sawi” (HR. Muslim)

5. Wanita yang menuntut ilmu akhirat untuk tujuan duniawi

Mempelajari ilmu agama, ilmu syariat, ilmu akhirat, adalah aktifitas mulia yang sangat dianjurkan dalam Islam. Bahkan diperintahkan. Namun, jika ilmu agama dicari untuk tujuan duniawi, maka ancamannya sungguh mengerikan. Tidak bisa mendapatkan bau surga.

مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ لَا يَتَعَلَّمُهُ إِلَّا لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنْ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَعْنِي رِيحَهَا

“Barangsiapa menuntut ilmu yang seharusnya untuk Allah, namun ia tidak menuntutnya kecuali untuk mencari dunia, maka pada hari kiamat ia tidak akan mendapatkan bau surga.” (HR. Ibnu Majah, Abu Daud dan Ahmad; shahih)

6. Wanita yang berpakaian tapi telanjang

Kelompok wanita ini tidak dijumpai Rasulullah di zamannya. Mereka berpakaian, tetapi pada hakikatnya telanjang. Para ulama menjelaskan, mereka berpakaian tetapi tipis, bahkan mendekati tembus pandang. Mereka berpakaian tetapi pakaiannya ketat sehingga membentuk lekuk-luku tubuh dan menggoda kaum laki-laki. Kelompok ini juga mendapatkan ancaman tidak dapat masuk surga, bahkan tidak dapat mencium bagu surga.

صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلَاتٌ مَائِلَاتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لَا يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلَا يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا

“Dua golongan penghuni neraka yang belum pernah aku lihat; kaum membawa cambuk seperti ekor sapi, dengannya ia memukuli orang dan wanita-wanita yang berpakaian (tapi) telanjang, mereka berlenggak-lenggok dan condong (dari ketaatan), rambut mereka seperti punuk unta yang miring, mereka tidak masuk surga dan tidak akan mencium baunya, padahal sesungguhnya bau surga itu tercium dari perjalanan sejauh ini dan ini.”(HR. Muslim)
Demikian 6 wanita yang tak bisa mencium bau surga. Semoga sahabat webmuslimah dihindarkan Allah dari golongan tersebut, dan dikelompokkan pada golongan ahli surga. [Tim Redaksi Webmuslimah.com]
Sumber : webmuslimah.com
Share:

Saturday 17 May 2014

RENUNGAN JUM'AT PENUH BERKAH


DR. ‘Aid al Qarny menggambarkan tentang istrinya:

Beberapa malam yang lalu, sesaat sebelum aku tidur, aku berada di atas ranjang, aku menoleh ke arah istriku dan aku pandangi bentuk wajahnya sementara ia lagi tidur, aku bergumam dalam hatiku:

Malang sekali dia, setelah hidup selama bertahun-tahun bersama kedua orang tua dan keluarganya, ia datang untuk tidur di samping laki-laki yang asing baginya. Dia tinggalkan rumah orang tuanya. Dia tinggalkan bermanja-manja dengan kedua orang tuanya. Dia tinggalkan bersenang-senang di rumah keluarganya. Sekarang ia datang kepada laki-laki yang menyuruhnya untuk melakukan yang ma’ruf dan meninggalkan yang mungkar. Dia melayani laki-laki itu sesuai dengan yang diredhai Allah. Semua itu berdasarkan perintah agama, subhanallah……

Dari sini muncul pertanyaan di dalam diriku?!

Kenapa sampai gampang bagi sebagian laki-laki untuk memukul istrinya dengan penuh kekerasan, setelah ia meninggalkan rumah keluarganya, kemudian datang kepadanya.

Kenapa ringan bagi sebagian laki-laki untuk keluar bersama teman-temannya, kemudian ia pergi ke restoran dan ia makan tanpa mempedulikan siapa yang ada di rumahnya?!

Kenapa ringan bagi sebagian laki-laki menjadikan waktu duduknya di luar rumah lebih banyak dari pada duduk bersama istri dan anak-anaknya?!

Kenapa ringan bagi sebagian laki-laki menjadikan rumahnya bagaikan penjara bagi istrinya, tidak ia ajak keluar dan juga tidak ia temani.

Bagaimana bisa gampang bagi sebagian laki-laki membiarkan istrinya tidur, sementara di dlm hatinya ada kegetiran perasaan dan di matanya ada air mata tertahan?!

Bagaimana bisa gampang bagi sebagian laki-laki pergi berjalan sementara anak-istrinya ia tinggalkan tanpa peduli dgn nasib mereka selama ia pergi.

Kenapa bisa ringan bagi sebagian laki-laki berlepas diri dari tanggungjawab yg akan ia pertanggungjawabkan di akhirat nanti sebagaimana yg di sampaikan oleh Rasulullah?!

Rasulullah bersabda: “Sebaik-baik kalian adlh orang yg paling baik bagi istrinya

#Disalin dari status update Facebook Aidil Heryana
Share:

Thursday 15 May 2014

Nasehat Ulama: Jangan Kau Nikahi 6 Tipe Laki-Laki Ini


lelaki sombong - ilustrasi
lelaki sombong – ilustrasi © keithrosen.com
Syaikh Fuad Shalih, seorang ulama dan penulis buku pernikahan, memberikan nasehat kepada para muslimah agar tidak menikah dengan laki-laki berikut ini, meskipun ia ber-KTP Muslim:

Meninggalkan shalat

Meskipun ber-KTP Islam, jika laki-laki tersebut meninggalkan shalat (baik tidak mendirikan shalat maupun kadang shalat dan kadang tidak), maka ia tidak pantas dipilih menjadi suami bagi muslimah. Sebab, shalat adalah pembeda antara orang mukmin dengan orang kafir. Sebagaimana sabda Rasulullah, “Perjanjian kami dengan mereka adalah shalat. Orang yang meninggalkan shalat, berarti ia telah kafir” (HR Tirmidzi, shahih)
Siapa yang berani meninggalkan shalat, berarti ia telah mengkhianati amanah Allah. Jika amanah terbesar sebagai muslim saja ia tinggalkan, bagaimana ia bisa menjaga amanah pernikahan. Meskipun secara seksual ia setia, tetapi ia tidak dapat menjadi pembimbing dan imam dalam keluarga.

Gemar melakukan dosa besar

Laki-laki yang gemar melakukan dosa besar, misalnya mabuk dan berjudi, janganlah dipilih menjadi suami. Sebab selain tak bisa menjadi imam dalam keluarga, ia juga membawa banyak madharat/bahaya bagi istri dan anak keturunannya. Terlebih jika diketahui laki-laki tersebut suka berzina atau terlibat pergaulan bebas. Selain dosa besar yang mengancam akhiratnya, di dunia juga bisa datang azab baik berupa penyakit menular maupun lainnya.

Dayyuts

Dayyuts adalah laki-laki yang tidak memiliki rasa cemburu terhadap istrinya. Ia justru suka memamerkan istrinya kepada orang lain, suka istrinya menarik dan menggoda laki-laki lain. Diantara ciri-cirinya, jika laki-laki tersebut belum menikah, ia suka jika saudari atau ibunya tidak berjilbab, tidak menutup aurat, dan bergaul bebas dengan laki-laki.
Kelak, ketika sudah menikah, hal itu pula yang akan diperlakukannya kepada istri. Bukannya mendukung istri berjilbab, ia justru melarangnya sembari mengejek istrinya berjilbab. Laki-laki seperti ini, di dunia ia tidak dapat diandalkan untuk melindungi kehormatan istrinya dan di akhirat tidak bisa mencium bau surga

Takabur/Sombong

Laki-laki yang sombong, sebaiknya juga tidak dinikahi. Sebab orang yang sombong, ia sulit mencintai dengan “sepenuh hati.” Istri yang sensitif, ia akan sering tersakiti manakala menikah dengan laki-laki yang sombong. Kehidupan keluarganya juga sulit bahagia karena tertutupi oleh kesombongan. Secara sosial, orang sombong sulit bergaul dan diterima baik oleh tetangga. Sedangkan di akhirat, orang yang memiliki kesombongan –walaupun seberat dzarrah- ia tidak bisa masuk surga.

Durhaka kepada orangtua

Laki-laki yang durhaka kepada orangtua, sebaiknya tidak dipilih menjadi suami. Mengapa? Sebab orangtua adalah orang paling berjasa dalam kehidupan seseorang. Jika kepada orangtua saja seorang laki-laki durhaka, bagaimana mungkin ia bisa mencintai istrinya dan berbuat baik kepada mertuanya?!

Kebanci-bancian

Laki-laki tipe ini biasanya dapat dikenali dari gaya, gerak dan kata-katanya yang menyerupai perempuan. Laki-laki tipe ini tidak dapat diandalkan dalam kehidupan berkeluarga dan tidak memiliki kesiapan memikul tanggungjawab sebagai imam dan suami yang sebenarnya.
Demikian 6 tipe laki-laki yang dinasehatkan Syaikh Fuad Salma agar tidak dinikahi oleh kaum muslimah. Lalu bagaimana jika ada muslimah yang terlanjur menikah dengan laki-laki dengan ciri-ciri tersebut? Semoga kita bisa membahasnya di kesempatan berikutnya. Allahumma aamiin. [Webmuslimah.com]
Sumber : webmuslimah.com
Share: