Muhammad Nas Kasah | Senin, 20 Agustus 2012 - 08:51:08
WIB |
Orang yang
beriman disayang Tuhan, mungkin itulah sebabnya kemudian orang yang beriman
juga memiliki kondisi kesehatan yang baik. Nyatanya, berbagai penelitian
menunjukkan bahwa orang-orang yang memiliki keyakinan dan keimanan yang teguh
juga memiliki kondisi fisik yang lebih prima.
"Keyakinan
terhadap agama bisa mengurangi stres, depresi, dan meningkatkan kualitas
hidup," kata Dr Harold G. Koenig, profesor psikiatri dan ilmu perilaku di
Duke University Medical Center seperti dilansir Medpagetoday.com, Minggu
(19/8/2012).
Data sebuah
penelitian yang dimuat American Journal of Health Promotion tahun 2005
menyimpulkan bahwa orang yang banyak berdoa lebih banyak mendapat manfaat
kesehatan dengan cara menerapkan perilaku yang sehat, menjalankan antisipasi
terhadap penyakit dan lebih puas terhadap pelayanan kesehatan.
Sebuah
penelitian tahun 2006 yang dimuat British Medical Journal juga menemukan bahwa
kehadiran dalam sebuah acara keagamaan ternyata berkaitan dengan penurunan
risiko penyakit menular.
Menurut Koenig,
adanya keyakinan beragama dan kegiatan spiritual berhubungan dengan risiko
penyakit atau gangguan kesehatan yang lebih rendah, misalnya stres, penyakit
kardiovaskular, tekanan darah, reaktivitas kardiovaskular, gangguan metabolisme
serta dapat menjamin keberhasilan operasi jantung. Namun di sisi lain, Koenig
juga memperingatkan bahwa cara kerja Tuhan ini tidak dapat diukur dengan cara
dan metode apapun.
"Saya
percaya bahwa doa efektif, tapi tidak berfungsi secara ilmiah dan tidak dapat
diprediksi. Tidak ada alasan ilmiah atau teologis atas setiap efek dari
keyakinan yang dapat dipelajari atau didokumentasi, seolah-olah Tuhan adalah
bagian dari alam semesta yang dapat diprediksi. Ilmu pengetahuan tidak
dirancang untuk membuktikan hal-hal yang supranatural," kata Koenig.
Selain itu,
keyakinan terhadap agama juga telah dikaitkan dengan umur panjang, perkembangan
penyakit kognitif yang lebih lambat dan penuaan yang sehat. Senada dengan
Koenig, dr Robert A. Hummer, profesor sosiologi di University of Texas di
Austin yang berfokus pada hubungan antara agama dan rendahnya risiko kematian
juga memiliki pendapat yang sama.
Hummer merujuk
sebuah penelitian yang melacak beberapa orang berusia 51 - 61 tahun selama 8
tahun untuk mendokumentasikan tingkat ketahanan hidupnya. Penelitian tersebut
menemukan bahwa peserta yang tidak menghadiri acara keagamaan sama sekali
memiliki kemungkinan 64 persen lebih tinggi mengalami kematian dibandingkan
orang yang sering beribadah.
Sumber Berita: www.teraskreasi.com
0 comments:
Post a Comment